Tentang
Ibu
Nama
ku Muhammad Fahrizan, hampir setiap hari aku berada di kampus, pekerjaanku
hanya kuliah, kuliah, dan kuliah. Kegiatanku belakangann ini sangatlah padat,
maklum saja sebagai seorang mahasiswa yang hyperaktif aku lebih sering
meluangkan waktu dengan teman temanku atau yang lebih menyenangkan yaitu godain
mahasiswi di kampus, sampai sampai untuk menemani Ibu saja aku sudah sangatlah
jarang. Sudah 6 bulan belakangan ini Ibu hanya bisa terbaring di tempat tidur
atau duduk di kursi roda karena telah divonis oleh dokter bahwa Ibu ku terkena
Stroke.
Ayah?
Ya aku masih memiliki seorang Ayah, namun ayahku bekerja di luar negeri, ayahku
selalu datang setiap sebulan sekali untuk menegok keadaan kami, dan tiap ayah
sedang berada di luar hanya akulah yang menemani Ibu. Aku merasa sangat berdosa
karena beberapa kali Ibu memberikan kode untuk aku agar aku menemaninya di rumah tapi aku malah lebih
sering menemani teman temanku nongkrong.
Alarm
di Hp ku berbunyi menandakan bahwa 3 hari lagi menuju hari Ibu, aku sangat
sayang Ibu jadi aku selalu mengkosongkan jadwalku pada hari Ibu. Sekarang Ibu
benar benar tidak berdaya jangankan untuk berkeliling jakarta dengan ku, hanya
untuk membalas pembicaraanku saja sangat sulit. Aku tidak tau harus bagaimana
pada hari Ibu nanti, mungkin aku hanya menemani Ibu seharian di tempat
tidurnya, tapi bukan itu yang aku inginkan, yang aku inginkan adalah bersenang
senang dengan Ibu.
3
hari kemudian.
Pagi
ini cukup cerah, aku datang menghampiri Ibu yang terbaring di tempat tidurnya,
ternyata Ibu sudah bangun dan menatap wajahku, aku tersenyum dan langsung
memeluknya. Aku bercerita panjang lebar tentang pengalamanku di kampus saat
bermain dengan teman teman dan saat godain mahasiswi dikampus dan aku pun
tertawa sendiri, meski Ibu tidak bisa membalas tawaku dan tatapannya tetaplah
kosong, tapi aku sadar bahwa ketidakmampuan Ibu berbicara bukanlah suatu hal
yang patut aku eluh-eluhkan. Dia diam bukan berarti tidak tahu apa-apa tetapi
dia mendengarkanku, merasakan kehadiranku, dan ku harap dia tetap mencintaiku,
walau aku jarang berada disisinya.
Aku
mengajak Ibu keliling taman menggunakan kursi rodanya, aku membeli tiup
gelembung dan meniupnya sembari aku kegirangan sendiri, walau Ibu tidak
merespon apa-apa tetapi aku merasa sangat senang. Mungkin terlihat sedikit
gila, karena remaja seusiaku mau bermain tiup gelembung dan kegirangan sendiri
di tengah taman yang banyak di datangi orang, tetapi percayalah bahwa kegiatan
ini sangat menyenangkan, yang pasti lebih menyenangkan dari sekedar godain
mahasiswi cantik di kampus.
Aku
tau, pada waktu aku kecil Ibu yang meniup gelembung dan Ibu juga yang
kegirangan di tengah taman seperti ini. Aku percaya bahwa saat ini dalam hati
ibu berkata “Ibu sayang sama kamu nak”. Sepulang dari taman kami berdua
menonton film tentang Islam, ini adalah film kesukaan Ibu, walau aku tidak
terlalu menyukainya tetapi aku tau Ibu sangat rindu dengan film religi seperti
ini.
Aku
tau waktu aku kecil aku senang menonton film kartun dan ibu tetap mau menonton
film itu walau Ibu tidak menyukainya. Saat-saat seperti inilah aku harus
memberi kasih sayang dan cinta kepada sosok wanita terhebat dan teramat berarti
di hidupku.
Malam
harinya aku mengantar Ibu ke tempat tidurnya dan tidur semalaman bersama Ibu.
Hari ini kau benar-benar menikmati setiap detik bersama Ibu, semuanya sangat
menyenangkan dan mengembirakan. Aku yang selalu mencari kesenangan dengan
nonkrong berjam-jam dengan teman-teman atau menggodai mahasiswi cantik di
kampus ternyata mendapat kebahagiaan yang lebih ketika menghabiskan waktu bersama
seorang Ibu yang sangat ku cintai.
Menurutku
untuk sayang kepada Ibu tidaklah hanya pada hari Ibu, tetapi setiap tanggal 1
sampai 30 dan bulan januari sampai desember adalah hari untuk Ibu.
Tamat...
*FIKSI*