Senin, 19 Mei 2014

Tentang Ibu

Tentang Ibu

Nama ku Muhammad Fahrizan, hampir setiap hari aku berada di kampus, pekerjaanku hanya kuliah, kuliah, dan kuliah. Kegiatanku belakangann ini sangatlah padat, maklum saja sebagai seorang mahasiswa yang hyperaktif aku lebih sering meluangkan waktu dengan teman temanku atau yang lebih menyenangkan yaitu godain mahasiswi di kampus, sampai sampai untuk menemani Ibu saja aku sudah sangatlah jarang. Sudah 6 bulan belakangan ini Ibu hanya bisa terbaring di tempat tidur atau duduk di kursi roda karena telah divonis oleh dokter bahwa Ibu ku terkena Stroke.

Ayah? Ya aku masih memiliki seorang Ayah, namun ayahku bekerja di luar negeri, ayahku selalu datang setiap sebulan sekali untuk menegok keadaan kami, dan tiap ayah sedang berada di luar hanya akulah yang menemani Ibu. Aku merasa sangat berdosa karena beberapa kali Ibu memberikan kode untuk aku agar aku  menemaninya di rumah tapi aku malah lebih sering menemani teman temanku nongkrong.

Alarm di Hp ku berbunyi menandakan bahwa 3 hari lagi menuju hari Ibu, aku sangat sayang Ibu jadi aku selalu mengkosongkan jadwalku pada hari Ibu. Sekarang Ibu benar benar tidak berdaya jangankan untuk berkeliling jakarta dengan ku, hanya untuk membalas pembicaraanku saja sangat sulit. Aku tidak tau harus bagaimana pada hari Ibu nanti, mungkin aku hanya menemani Ibu seharian di tempat tidurnya, tapi bukan itu yang aku inginkan, yang aku inginkan adalah bersenang senang dengan Ibu.

3 hari kemudian.

Pagi ini cukup cerah, aku datang menghampiri Ibu yang terbaring di tempat tidurnya, ternyata Ibu sudah bangun dan menatap wajahku, aku tersenyum dan langsung memeluknya. Aku bercerita panjang lebar tentang pengalamanku di kampus saat bermain dengan teman teman dan saat godain mahasiswi dikampus dan aku pun tertawa sendiri, meski Ibu tidak bisa membalas tawaku dan tatapannya tetaplah kosong, tapi aku sadar bahwa ketidakmampuan Ibu berbicara bukanlah suatu hal yang patut aku eluh-eluhkan. Dia diam bukan berarti tidak tahu apa-apa tetapi dia mendengarkanku, merasakan kehadiranku, dan ku harap dia tetap mencintaiku, walau aku jarang berada disisinya.

Aku mengajak Ibu keliling taman menggunakan kursi rodanya, aku membeli tiup gelembung dan meniupnya sembari aku kegirangan sendiri, walau Ibu tidak merespon apa-apa tetapi aku merasa sangat senang. Mungkin terlihat sedikit gila, karena remaja seusiaku mau bermain tiup gelembung dan kegirangan sendiri di tengah taman yang banyak di datangi orang, tetapi percayalah bahwa kegiatan ini sangat menyenangkan, yang pasti lebih menyenangkan dari sekedar godain mahasiswi cantik di kampus.

Aku tau, pada waktu aku kecil Ibu yang meniup gelembung dan Ibu juga yang kegirangan di tengah taman seperti ini. Aku percaya bahwa saat ini dalam hati ibu berkata “Ibu sayang sama kamu nak”. Sepulang dari taman kami berdua menonton film tentang Islam, ini adalah film kesukaan Ibu, walau aku tidak terlalu menyukainya tetapi aku tau Ibu sangat rindu dengan film religi seperti ini.

Aku tau waktu aku kecil aku senang menonton film kartun dan ibu tetap mau menonton film itu walau Ibu tidak menyukainya. Saat-saat seperti inilah aku harus memberi kasih sayang dan cinta kepada sosok wanita terhebat dan teramat berarti di hidupku.

Malam harinya aku mengantar Ibu ke tempat tidurnya dan tidur semalaman bersama Ibu. Hari ini kau benar-benar menikmati setiap detik bersama Ibu, semuanya sangat menyenangkan dan mengembirakan. Aku yang selalu mencari kesenangan dengan nonkrong berjam-jam dengan teman-teman atau menggodai mahasiswi cantik di kampus ternyata mendapat kebahagiaan yang lebih ketika menghabiskan waktu bersama seorang Ibu yang sangat ku cintai.

Menurutku untuk sayang kepada Ibu tidaklah hanya pada hari Ibu, tetapi setiap tanggal 1 sampai 30 dan bulan januari sampai desember adalah hari untuk Ibu.

Tamat...

*FIKSI*






Tidak ada komentar:

Posting Komentar